Pelajaran Piring Pecah

Posted by adeska on 15 Maret 2014

Pyaaaarrrrr!!!!

Tanpa menoleh pun saya bisa menebak, piring berisi adonan tepung untuk pisang goreng yang dipegang kak Nay, jatuh ke lantai ruang masak dan pecah berkeping-keping.

Tadi malam saya mendapat tugas dari isteri, untuk mengawasi anak pertama kami yang berusia 9 tahun, yang ingin menggorengkan pisang kepok suntuk kami sekeluarga. Sambil menjaga dari jarak yang masih terlihat, saya duduk di meja makan sembari ‘mengunyah’ buku program PHP MYSQL yang dibeli dua hari lalu.

Nampak anak saya terperanjat, kaki kanan ditumpangkan di atas kaki kiri, di atas keset kain bekas handuk, dengan muka yang bercampur antara rasa kaget, takut, deg-degan!

Piring Pecah
Piring Pecah
“Kaki kak Nay tidak apa-apa kan?”, Alhamdulillaah, kalimat spontan ini yang meluncur pertama kali dari mulut saya. Bukan kalimat yang bernada negatif, atau memarahi, apalagi menyalahkan yang muncul dari lidah saya. “Alhamdulillaah, tidak apa-apa, Abah”, Nay menyahut. Sambil mengamati dari jarak yang aman, saya minta kakak tetap berdiri di tempat semula, di tempat yang tidak ada pecahan-pecahan piring berserakan.
“Sudah, Kakak di situ dulu. Abah bersihkan dulu ya?”. Sambil meraih pengki dan sapu, mengamankan area dan membersihkan pecahan piring yang ada.

Saya dan isteri sudah berkomitmen, untuk tidak menyalahkan anak-anak atas apa yang dilakukan selama itu tidak membahayakan dirinya dan diri orang lain di sekitarnya. Selama itu dapat membangun sikap mental dan pola berpikirnya, kelak.

Andai saya marah dan bersikap menyalahkan, bisa jadi saya menorehkan rasa bersalah di hatinya.
Andai saya marah dan bersikap menyalahkan, bisa jadi di waktu-waktu yang akan datang, anak saya tidak berani mencoba dan tidak berani untuk salah.
Andai saya marah dan bersikap menyalahkan, bisa jadi berpengaruh pada semangatnya untuk mencoba belajar hal-hal baru dan menantang.
Andai saya marah dan bersikap menyalahkan, bisa jadi, tidak akan terwujud goreng pisang yang enam, di masa mendatang!

Saya teringat nasihat Guru Jamil Azzaini, agar kita menghabiskan jatah melakukan kesalahan-kesalahan (yang positif, tentunya) selagi muda. Agar kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kesalahan kita di masa lalu, dan menggantinya dengan kehidupan yang sukses mulia di masa sekarang dan masa depan kelak.

Kredit Foto: http://www.lakesidepottery.com/Pages/pottery-and-ceramic-fix-restoration-repair.html

Digg Del.icio.us StumbleUpon Reddit RSS

{ 1 comments... read them below or add one }

Proxyintech mengatakan...

semoga bisa menjadi masukan bagi saya untuk menididik anak saya mas, salam....

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Sobat Blogger semua. Komentar Anda, mempermudah saya berkunjung balik.
So, silahkan isi lengkap URL Anda dengan format http://www.domainAnda.com.
Matur nuwun.