Antara IQ dan EQ

Posted by adeska on 12 Januari 2009

Antara IQ dan EQ

Sebuah survei di AS pada 1918 mengenai IQ menemukan “paradoks” yang membahayakan: bagaimana skor IQ anak-anak makin tinggi, namun kecerdasan emosi mereka justru turun. Dan data hasil survei pada 1970 dan 1980 terhadap orang tua dan guru menunjukkan bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi dibanding generasi terdahulu. Mereka tumbuh dalam kesepian dan depresi, gampang marah, sulit diatur, cenderung cemas dan agresif.

Survei tersebut berlanjut dengan penelitian terhadap ratusan ribu pekerja dari level bawah hingga puncak. Dari survei ini ditemukan suatu inti kemampuan pribadi dan sosial yang sama, yang terbukti menjadi kunci utama keberhasilan pekerjaan dan hidup yaitu kecerdasan emosi.

Robert K Cooper PhD mengatakan: “Apa yang mereka tinggalkan di belakang dan acapkali mereka lupakan adalah aspek yang disebut Robert Frost sebagai aspek hati”. Hal ini diperkuat psikolog dari Yale, Robert Stenberg –ahli dalam bidang Succeessful Intelligence—yang mengatakan: “Bila IQ yang berkuasa, ini karena kita membiarkannya berbuat demikian. Dan bila kita membiarkannya berkuasa, kita telah memilih penguasa yang buruk”.

Robert Stenberg juga mengemukakan: “Salah satu sikap paling membahayakan yang telah dilestarikan oleh budaya kerja modern saat ini adalah bahwa kita tidak boleh, dalam situasi apa pun, memercayai suara hati kita. Kita dibesarkan untuk meragukan diri sendiri, untuk tidak memedulikan intuisi serta mencari peneguhan dari luar diri kita bagi berbagai hal yang kita perbuat. Kita dikondisikan untuk mengandaikan bahwa orang lain lebih tahu daripada kita dan dapat memberitahu kebenaran sejati dengan lebih jelas dibanding yang dapat kita ketahui sendiri”. (Untuk pendapat Robert S. ini, kelihatannya posting saya rada-rada nyambung nie. Silahkan membaca juga posting ini: Jangan Selalu Ikut Arus - Be An Extraordinary People).

So, dari tulisan cuplikan di atas, kita dapat berkaca. Apakah kita tetap akan menjadikan IQ sebagai “segalanya” bagi kehidupan kita? IQ memang penting bagi kita, namun EQ juga tidak kalah penting perannya dalam kehidupan kita. Mari menghargai semua potensi dari Ilahi ini, sebagai wujud dan tanda syukur kita kepada-Nya.


Note:
Posting ini bersumber dari buku Ary Ginanjar Agustian, Emotional Spiritual Quotient.
Akan banyak posting yang bersumber dari buku ini. Sebagai penunaian nazar saya setelah mengikuti pelatihan ESQ dulu. Harap maklum. :)

Digg Del.icio.us StumbleUpon Reddit RSS

{ 9 comments... read them below or add one }

Toni Blog mengatakan...

ternyata ada istilah EQ juga ya selain IQ..thank infonya

Anonim mengatakan...

@ Tony - Iya bang Tony. Ada juga yg namanya Emotional Quotient. Juga SQ/spiritual quotient.

Anonim mengatakan...

Betul kata loe Hen... Zaman skrng penuh dengan orang-orang stress

Anonim mengatakan...

@ blogngeblog - betul juga. lebih mesaake lg, jika ditambah dengan mengalami kehampaan nilai hidup..wuiihhhh... :)

Anonim mengatakan...

Salam Kenal
Dalam dunia yang modern seperti sekarang ini IQ bukan jaminan, kita harus bisa menyeimbangkan antara IQ dan EQ...Bagus banget infonya

Anonim mengatakan...

klo ESQ gmn bro!!

Anonim mengatakan...

@ Anton
sepakat Brow. tidak hanya mengoptimalkan IQ, EQ dan SQ tidak kalah penting untuk dimaksimalkan dalam hidup.
salam kenal. :)

@ Budi Rarihoran
ESQ? hemmm, No Doubt lah. Insya Allah ingin saya tuliskan di blog ini, pelan2.. :)

Anonim mengatakan...

iya mas EQ dan IQ harus seimbang

Anonim mengatakan...

@ Dewi
trims sudah mampir, juga utk apresiasinya. Blog Dewi unik dan niche bagus. :)

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Sobat Blogger semua. Komentar Anda, mempermudah saya berkunjung balik.
So, silahkan isi lengkap URL Anda dengan format http://www.domainAnda.com.
Matur nuwun.