Perebutan Kursi Kekuasaan Ternyata Kualami Juga

Setelah hangat dengan gonjang-ganjing perebutan kursi kekuasaan untuk badan legislatif, saat ini aksi paling "vulgar" partai politik kontestan Pemilu 2009 adalah membangun koalisi antar partai untuk memuluskan jalan mereka menuju Pemilu Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden RI untuk 5 tahun ke depan. Segala langkah politik dijalankan, senyum ditebarkan, silaturahmi ke rumah-rumah petinggi partai dijalankan, berkunjung ke pesantren-pesantren dan sowan ke kiyai pondok juga dilakukan, dan banyak cara diterapkan untuk menggoalkan tujuan ini. Dan ternyata atmosfer perebutan kursi kekuasaan in ternyata kualami juga, di rumah saya sendiri.

Adalah sebuah kursi, yang terletak di dalam kamarku, di hadapan sebuah meja tempat di mana desktop Personal Computerku diletakkan. Kursi inilah yang menjadi penyebab pangkal terjadinya perebutan kekuasaan itu.

Adalah sosok insan yang kami sayangi, Naya. Putri kami yang saat ini telah berumur 4 tahun. Yang tengah memiliki rasa ingin tahu dan ingin mencoba-cobanya yang besar (semoga selalu begitu, termotivasi selalu untuk mencari ilmu dan pengalaman hidup). Termasuk rasa ingin tahu dan rasa penasarannya untuk mencoba benda "ajaib" bernama komputer. 

Dan pada titik inilah, perebutan kursi kekuasaan itu dimulai.

Setiap saya menyalakan komputer, setiap itu pula ia segera mendekat dan duduk di pangkuan. Tidak sekedar melihat-lihat aksi apa yang saya lakukan terhadap komputer itu, tetapi lebih dari itu. Menguasai keyboard dan mousenya, sehingga otomatis saya tidak bisa/tidak jadi melakukan aktifitas apa pun, termasuk mengetik draft untuk isi posting blog saya. Tampilan di layar dipastikan segera berganti dengan Game Education kesukaan Naya, atau Word, atau film-film fiksi animasi yang menjadi langganan untuk ditontonnya. Saya hanya bisa membiarkannya menuntaskan rasa ingin tahunya, karena menyadari jika hal ini menjadi salah satu ekses/resiko dari upaya saya mengenalkan komputer kepada Naya, sejak ia berusia 2,5 tahun yang lalu.

Dalam perebutan kekuasaan ini, saya akhirnya hanya bisa melakukan kompromi politik dan koalisi politik agar semuanya berjalan secara bagaimana ia seharusnya berjalan. Karena di sisi lain saya senang, karena setidaknya goal saya menumbuhkan minat agar Naya menyukai komputer, telah terwujud. Tinggal mengasah dan mengarahkannya pada sesuatu yang lebih bermanfaat, serta mengembangkan imajinasi dan kreatifitasnya.

Note: bagaimana kabarnya Kampanye Pemilu Damai 2009, ya. Saya lihat di Google, konfigurasi urutan peserta Kampanye Pemilu Damai 2009 cenderung cepat berubah-ubah. Semoga saja Perebutan 5 besar Kursi Kekuasan dalam Kampanye Pemilu Damai 2009 ini berlangsung sesuai dengan harapan peserta dan penyelenggaranya. Sukses buat semua.