Sirine Ambulance dan Ego Kita

Posted by adeska on 02 Desember 2008

sirine ambulance dan ego kitaAmbulance, mobil kapsul dengan disain khusus, biasanya digunakan untuk hal-hal yang sangat penting. Menjemput pasien di lokasi kejadian, mengantar korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat, memulangkan jenazah ke rumah duka/rumah keluarga, dan lain-lain fungsi. Namun fungsi terpentingnya adalah untuk antar jemput pasien dalam kondisi gawat darurat/pasien yang membutuhkan pertolongan segera, urgen dan penanganan secepatnya. Dalam kondisi ini, biasanya sirine ambulance dibunyikan sekencang-kencangnya agar pengendara lain yang berada di jalur jalan yang sama segera menepikan kendaraannya untuk memberi jalan kepada mobil ambulance yang lewat. Namun sepertinya sebagian pengguna jalan tidak memahami arti sirine ambulance ini. Atau mungkin kupingya ketutup helm standarnya sehingga tidak mendengar sirine ambulance yang memekakkan telinga. Atau bisa jadi nurani kemanusiaannya telah dikalahkan ego kepentingan diri sendiri, sehingga sulit menekan egonya demi membantu kesusahan hidup sesamanya.

Kejadian ini saya saksikan Sabtu, 29 Nopember 2008 yang lalu. Saat berada di traffic light yang penuh sesak dengan kendaraan bermotor dan mobil. Di lajur sebelah kiri, kendaraan boleh terus bila belok ke kiri. Tapi saat di muka traffic light sebelum belokan, motor/mobil yang lewat tetap harus pelan-pelan dan hati-hati karena ada beberapa motor yang memakan sebagian badan jalan lajur kiri itu.

Menjelang lampu hijau, terdengar sirine ambulance dari arah belakang kiri jalan. Ambulance yang jelas-jelas ingin belok ke arah kiri. Pada waktu bersamaan, lampu lalu lintas berubah hijau. Dan… e lhadalah!!! Ada pengendara Mio yang memotong jalur ambulance tadi, kemudian melaju kencang ke arah depan. Oalah, mas…mas!!

Coba di depan saya tidak ada motor lainnya, sudah kukejar pengendara motor tadi.

Yang jelas saat itu saya mangkel. Apa dia tidak berpikir, makna sirine ambulance itu. Bahwa, ada sosok yang tengah terbujur di dalamnya, yang bisa jadi sangat membutuhkan penanganan segera setibanya di rumah sakit? Mengapa tidak belajar menekan ego kepentingannya, untuk mendahulukan kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan? Apa sedemikian berharga waktunya, sedemikian pentingnya kepentingan dia pada saat itu sehingga tidak ada rasa bersalah ketika ia memotong lajur laju ambulance tadi sehingga menghambat perjalanan ambulance? Coba bayangkan, bila Anda sendiri, atau salah satu kerabat Anda yang tengah terbaring di dalam ambulance, dan membutuhkan pertolongan segera, bagaimana perasaan Anda?

Menyikapi hal ini, saya yang terlalu sensitif, atau memang selayaknya saya marah? Sepertinya, kita memang perlu kembali memahami makna bunyi sirine ambulance dan ego kita.

Note: foto diambil dari http://www.fotosearch.com/

Digg Del.icio.us StumbleUpon Reddit RSS

{ 2 comments... read them below or add one }

Anonim mengatakan...

pemahaman akan hal itu, setiap orang kdg berbeda kang..jika seluruh orang memiliki pemahaman spt kang ades, tentu dunia pasti 'endah bener dah' (kt org betawi)..kadang kepentingan diri, menutupi seluruh akal sehat manusia, shg yang ada hanyalah 'pertunjukan' saling menang sendiri

Anonim mengatakan...

@ Aboe Azzam
memang bgitu sich, kang Aboe. hanya perlu disadari, sampai kapan kita menghamba pada ego kepentingan diri dan melupakan hati nurani serta orang lain?
semoga kita memperoleh kesadaran dan kedewasaan dalam hidup ini. amin.

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Sobat Blogger semua. Komentar Anda, mempermudah saya berkunjung balik.
So, silahkan isi lengkap URL Anda dengan format http://www.domainAnda.com.
Matur nuwun.