Belajar Objektif

Posted by adeska on 28 Februari 2009

Bahkan untuk bersikap objektif pun, saya masih harus terus belajar. Belajar objektif, saya mengistilahkannya. Memangnya mengapa, sehingga saya menekankan istilah belajar objektif di dalam posting berjudul Belajar Objektif ini? Ini terkait dengan salah satu kegiatan yang mau tidak mau harus saya jalani, yaitu MENILAI.

Mengapa untuk menilai pun, saya harus belajar objektif. Beberapa alasannya:
Pertama, saya tidak pandai menilai apa yang ada di lingkungan eksternal kedirian saya.
Kedua, saya belum begitu suka memberikan penilaian, menilai, terhadap hal di luar diri saya.
Ketiga, terkadang saya harus berjuang menghilangkan kendala mental, yaitu takut keliru/salah dalam memberikan penilaian
Keempat, untuk mampu menilai, setidaknya saya harus betul-betul memahami apa yang harus dinilai itu.
Kelima, saya harus bisa fokus dengan tujuan penilaian dan bersikap adil dalam memberikan penilaian. Jadi harus bebas dan lepas dari kondisi-kondisi yang dapat mengesampingkan penilaian objektif saya.

Sebenarnya tugas saya sederhana, hanya menilai hasil test/ujian tertulis dan ujian praktik komputer, terkait rekrutmen pegawai yang dilakukan rumah sakit tempat saya bekerja.

Dan inilah tugas terberat itu. MENILAI. Menilai hasil ujian tertulis dan praktik itu.

Alhamdulillah, semua itu memang akhirnya bisa terselesaikan. Itu pun karena dipaksa keadaan. Sambil berharap, semoga nilai dan penilaian yang diberikan, telah benar-benar adil, sesuai, dan apa adanya.

Ada sahabat yang ingin mensupport saya, terkait bagaimana melakukan proses belajar objektif ini?

Digg Del.icio.us StumbleUpon Reddit RSS

{ 4 comments... read them below or add one }

Anonim mengatakan...

1 + 1 = 2 = Obyektif
Seobyektif-obyektifnya sebuah penilaian deskriptif, akan menimbulkan subyektifitas meskipun kadarnya sangat tipis; dan biasanya itu akan dilihat oleh orang lain..

Anonim mengatakan...

@ Munawar am: sekiranya sebuah penilaian deskriptif bisa berada dalam kerangka kalkulasi matematis, mungkin subjektifitas bisa dihindarkan.
Saya sepakat jika orang lain bisa melihat obyektif atau subyektif-nya kita, sebab mereka berada di luar lingkaran atas interaksi antara penilai dan yang dinilai.
Trima kasih kang Munawar.

Anonim mengatakan...

Obyektifitas, kata sederhana namun rumit untuk diterapkan. Seringkali kita harus berhadapan dengan satu masalah yang tidak hanya perlu di pecahkan dengan penilaian dan sikap yang berlandaskan pada obyektifitas, namun juga membutuhkan kerangka subyektifitas. Contohnya... saya fikir dulu deh... ntar kl ketemu kasih komen lagi...

Anonim mengatakan...

@ Equalist: setuju!!! bahkan di dalam objektifitas pun, tetap ada unsur subjektifitas-nya. bagaimana agar subjektifitas ini berada dalam kerangka objektifitas, naah, ini yang rumit. :)

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Sobat Blogger semua. Komentar Anda, mempermudah saya berkunjung balik.
So, silahkan isi lengkap URL Anda dengan format http://www.domainAnda.com.
Matur nuwun.