Teguran Tanpa Kata

Posted by adeska on 05 November 2009

Teguran tanpa kata. Sesuatu yang sederhana saja: menegur atas sesuatu yang kurang sesuai dengan harapan kembali menjadi sesuai dengan kondisi idealnya, namun disampaikan tanpa suara, tanpa kata, tidak dengan bahasa verbal apalagi bahasa tubuh. Ini murni tanpa kata, namun tetap menggunakan media untuk menyampaikan pesan-pesan yang ingin diutarakan. Teguran tanpa kata, hanya sesekali dilakukan dan itupun dengan melihat media penyampai pesan serta perkiraan terhadap daya sensitifitas pihak yang kita harapkan dapat memahami teguran tanpa kata.

Teguran tanpa kata akan efektif mengena, jika isi teguran itu berkaitan langsung dengan kondisi pihak kepada siapa kita ingin menyampaikan teguran tadi.

Teguran tanpa kata mengena, jika medium yang digunakan tepat dan mendukung dengan pesan yang ingin disampaikan.

Teguran tanpa kata akan mengena dan teringat dalam jangka panjang, jika pemahaman yang muncul diperoleh dari hasil daya upaya pihak yang disapa untuk mau mengerti dan memahami makna yang tersirat.

Teguran tanpa kata berhasil dipahami dan dapat dinilai jika dalam waktu yang berbeda dalam kesempatan yang sama terdapat perubahan kondisi sebagaimana yang diharapkan terjadi.

Lanjutan posting ini semoga memberikan gambaran mengenai apa yang dimaksud dengan teguran tanpa kata tadi.

Seringkali saya makan sarapan pagi di lokasi kerja. Dan tidak jarang, untuk sarapan saya memesan makan di kantin samping kantor. Menu favorit soto ayam + tempe goreng, kalau tidak gado-gado. Hingga suatu ketika, saat hampir menyelesaikan sarapan gado-gado saya menemukan selembar serpihan daun pembungkus ketupat gado-gado ada di dalam pesanan saya.

Beberapa hal langsung terbetik di benak saya: daun tersebut saya buang dan kemudian saya sampaikan kepada penjualnya: namun saya tidak memiliki bukti/fakta otentik atas apa yang saya sampaikan, selain itu umumnya timbul rasa malu dari yang ditegur. Atau saya buang, dan tidak mengatakan apa pun: tidak ada satu pun pesan yang tersampaikan.

Pilihan sikap akhirnya diambil. Daun tetap di piring, dan saya tidak mengatakan apa pun ihwal daun di gado-gado tadi. Percaya, di satu sisi menghindarkan si penjual dari rasa malu, di sisi yang lain teguran tanpa kata dapat saya sampaikan.

Akhirnya, setelah kejadian itu, setiap kali saya memesan gado-gado dari penjual yang sama, kejadian waktu itu tidak terulang kembali.

Mungkin sobat mau berbagi, cara lain menegur tanpa kata ini. Silahkan ungkap pendapat Anda di sini.

Digg Del.icio.us StumbleUpon Reddit RSS

{ 15 comments... read them below or add one }

putra mengatakan...

Keren tekniknya, Om,,
kalau menurutku, sebuah teguran itu sebaiknya langsung dituju ke objek, tapi dengan cara yang logis n sopan ,,
berasa dewasa banget ya,, he he he

adeska mengatakan...

@ putra: thanks utk apresiasinya. sip, cara mas Putra memakai direct way, straight to the point. umumnya cara tepat mengena ke tujuan. nice.. :)

Ayo Ngeblog mengatakan...

tolong dukung saya ya...

rumah blogger mengatakan...

share yang sangat bagus, ini memberikan pelajaran kepada kita menegur tatapi tetap menjaga perasaan orang lain...

Sabirinnet mengatakan...

pelajaran bermanfaat. artinya, kita dalam menegur orang tidak perlu langsung tetapi masih ada jalan lain yg bisa pas dan mengena. terima kasih atas berbagi pengalamannya ya

cah ndeso mengatakan...

mungkin secara tidak sengaja dikarenakan kantin sedang ramai pembeli/yang pesan, jadinya waktu ngiris ketupat, daun janur [biasa sebagai pembungkus ketupat] ikut keiris. Bukan cuman sobat aja yang mendapati masalah seperti ini. Saiya juga sering, tapi toh saya bisa memaklumi hal tersebut. :D

sekedar opini saja sob. soalnya pribadi manusia berbeda. dan inilah yang menjadikan dunia semakin indah. Salam dari Lereng Muria

Anonim mengatakan...

selamat menikmati akhir pekannya sahabat
salam hangat selalu
wah artikel yang hebat

adeska mengatakan...

@ Ayo Ngeblog: saya dukung...mendukung apa?

@ rumah blogger: thanks. intinya pesan tersampaikan dgn tetap mjaga perasaan ybs.

@ Sabirinnet: thanks for appreciation: banyak jalan menuju Malioboro..:)

@ cah ndeso: sobat gunung muria, Anda benar. namun hal di atas saya lakukan justru utk kepentingan ybs juga. dari sisi saya, saya tidak merasa rugi.

@ bluethunderheart: terima kasih telah mampir. salam kenal.

Anonim mengatakan...

selamat malam sahabat
datang mensuport kembali
salam hangat selalu

munawar am mengatakan...

menegur dengan tulisan, bisa kan?
itu banner travelling dog-nya kan bisa dibuang Mas... he he he...

emang; ini bahasa lain saya, banyak ayat-ayat Tuhan, yang tertulis dan tidak tertulis; sebagian di antaranya merupakan bagian dari teguran tanpa kata

Opung mengatakan...

wah saya taunya diam tanpa kata tuh..he2..kalau teguran tanpa kata mungkin memang dalam kondisi tertentu bisa dilakukan.

Oblog-oblog mengatakan...

kalau efektif, nilainya tinggi sekali dan amat berkesan. Perlu ruang dan waktu yang tepat, seni penyampaian yang kreatif, serta karakter pribadi penerima yang sesuai. Tapi ketulusan hati bisa mengatasinya.

sabirinnet mengatakan...

ADA AWARD UNTUK SAHABAT, TOLONG DIAMBIL YAA. TERIMA KASIH. SUKSES SELALU :)

Nugraha mengatakan...

Memang, ada banyak cara untuk menyampaikan unek2, baik menegur secara langsung,atau menegur tanpa kata seperti judul posting ini. Menurut saya, masalah penyampaian, baik dengan atau tanpa kata, tergantung situasi dan kondisinya, eh satu lagi, tergantung si obyek yang mau kita berikan teguran tadi. Misalnya, kalau orang tsb kita kenal baik,suka bercanda, dan dia pun suka menegur secara langsung kepada kita, ada baiknya kita sampaikan dengan cara yang sama. Biasanya orang tsb akan menerima dgn dada lapang, kecuali kalau dia curang ya, mau menegur, nggak mau ditegur :)

adeska mengatakan...

@ Bluethunderheart: trims atas kunjungannya. salam hangat selalu.

@ Munawar Am: hehehe, thanks sudah diingetkan. banner sdh ta gantinya. setuju, Kang Nawar. Ayat2 Allah bertebaran di penjuru bumi...

@ Opung: terkadang diam tak selamanya emas. ya kan?

@ Suara Kelana: memang banyak faktor penunjang efektifitas penyampaian pesan. Dan betul, ini faktor terpenting: ketulusan hati.

@ Sabirinnet: menuju ke tkp. tapi maaf kalau tidak bisa segera membalas awardnya.

@ Nugraha: sepakat, Brow! perlu penyesuaian dan kesesuaian dalam penyampaian inti pesan yg ingin kita sampaikan, dgn kondisi orang ybs.

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Sobat Blogger semua. Komentar Anda, mempermudah saya berkunjung balik.
So, silahkan isi lengkap URL Anda dengan format http://www.domainAnda.com.
Matur nuwun.